Hacker Cilik Siswa Madrasah Tangerang

Pendidikan di Indonesia memang sedang berbenah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi problematika dunia pendidikan, mulai dari permasalahan karakter, soal kurikulum, tantangan dunia global, hingga kesiapan sekolah dalam mengantarkan siswanya memasuki abad 21 dengan revolusi industri 4.0 yang sekarang sedang digembar-gemborkan.

Tapi sesungguhnya, apapun permasalahan yang menimpa dunia pendidikan, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki gen yang berbeda. Soal kreatifitas, kemandirian personal, serta soal-soal lain terkait kelebihan manusia nusantara membuktikan Indonesia adalah bangsa bibit unggul. Masalahnya, kita mungkin sering tidak serius, apalagi elite pemimpin yang kadang bersikap anomali, sehingga membuat anak-anak negeri menjadi tak percaya diri dengan keunggulan bangsa sendiri.

Padahal, betapa banyak mutiara dari Indonesia yang unggul di pentas dunia. Salah satunya adalah yang sekarang ini sedang heboh. Bagaimana orang indonesia mampu menembus sistem pertahanan sebuah situs (salah satunya milik NASA). Jika mau, dengan mudah ia dapat mengambil database penting sebuah institusi negara.

Dahsyatnya, orang indonesia yang mampu melakukan itu adalah seorang anak usia 15 tahun, berstatus sebagai siswa madrasah, dan pengetahuannya tidak didapatkan melalui sekolah, alias belajar secara otodidak. Hebat bukan?

Adalah Putra Aji Adhari. Dia adalah siswa kelas 2 sebuah madrasah (setara SMP) di Tangerang. Di usianya yang masih belia, dia memiliki kemampuan di bidang IT dan dunia cyber yang dikenal dengan sebutan hacker.  Kemampuan itu ia gunakan untuk membobol berbagai situs, diantaranya situs milik NASA dan KPU. Kemampuan itulah yang membuat namanya menghebohkan jagad media sosial beberapa waktu terakhir.

***

Meski lebih dikenal dengan sebutan hacker, tapi Putra lebih senang menyebut dirinya sebagai white hat hacker. Sebab, yang dilakukannya bukan dalam rangka niat jahat. Ia hanya melakukan aktifitas hacker itu dalam rangka penetration testing, yaitu memasuki sebuah situs dan mencari celah sebelah mana yang bisa dijadikan pintu masuk bagi hacker jahat. Celah itulah yang akan dilaporkan pada pemilik situs agar dilakukan antisipasi supaya situsnya tidak gampang diretas.

Seperti ketika secara iseng mencoba melakukan penetration testing ke situs milik NASA, ia menemukan adanya celah yang bisa ditembus akibat bug impact-nya yang sangat besar, yang disebut dengan RCA (remote code execution).

Begitu juga ketika membobol situs KPU, Putra menuturkan jika situs milik instansi pemerintah itu rawan untuk disusupi. Menurutnya, website milik pemerintah itu bug-nya sangat gampang. Sayangnya, kadang pemilik situs jarang sekali merespons jika dilapori report bug. Itulah sebabnya, jika mau lapor bug ke situs pemerintah, Putra biasanya melalui BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara).

Ihwal kemampuannya di dunia cyber, Putra yang beralamat di Ciledug Tangerang itu mengawalinya ketika memiliki hobi bermain game online. Sedari kecil, ia memang senang bermain game semacam Minecraft dan Point Blank. Selanjutnya, Putra mengaku lebih banyak belajar secara otodidak melalui internet dan bergabung dengan komunitas IT Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Putra akhirnya tertarik dengan dunia programming. Ketertarikannya itu dipengaruhi oleh beberapa tokoh dunia, semisal Bill Gates dan Mark Zuckerberg. Bagaimana mereka bisa menjadi orang terkaya dan terkenal di dunia disebabkan memiliki kemampuan handal di bidang pemrograman.

Meski masih sangat belia dan hanya belajar secara otodidak, namun kemampuan Putra tak bisa disepelekan. Ketika melakukan uji coba membobol sistem keamanan sebuah situs milik pemerintah umpamanya, Putra melakukannya dengan sangat baik, dan hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk melakukannya. Dahsyat bukan?

Begitulah, bangsa ini memang bangsa jenis bibit unggul yang memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Prestasi-prestasi luar biasa banyak ditorehkan oleh anak-anak negeri. Sayangnya, hal-hal semacam itu tidak menjadi prioritas utama elite pemimpin negeri ini. Dari banyak kasus, mereka, para mutiara-mutiara itu justru kerap tak diperkenankan hidup dan berkembang oleh pemilik modal dan kekuasaan. Tengoklah, betapa banyak ide dan kreatifitas itu "dibunuh" di negeri sendiri dan justru diberikan ruang oleh bangsa lain?

Jadi, masihkah Anda tak memiliki kepercayaan diri sebagai manusia nusantara?*(ES)

Post a Comment

Previous Post Next Post