Bagaimana Mendidik Anak di Era Digital?
Ilustrasi: Anak-anak sedang Bermain saat Istirahat dalam Kegiatan Belajar di Sekolah 
Didiklah anak sesuai dengan zamannya. Karena mereka hidup di zamannya sendiri yang berbeda dengan zamanmu.
Maqalah dari Sayyidina Ali di atas cukup terkenal di kalangan umat islam. Tentang pendidikan anak, bagaimana orang tua, guru, atau siapapun yang terlibat dalam pendidikan anak memahami bahwa anak memiliki dunianya sendiri. Tidak semata-mata anak dilahirkan dari seorang ibu, lantas orang tuanya menganggap bahwa anak adalah milik mereka, dan memperlakukan anak sesuai dengan kehendaknya.

Kata Gibran,"Anakmu bukanlah anakmu. Mereka adalah putra-putri kehidupan yang rindu pada dirinya sendiri. Ia lahir melalui engkau, tapi bukan dari engkau. Mereka ada padamu, tapi bukan kepunyaanmu. Berikan kasih sayangmu, tapi tidak pikiranmu. Sebab mereka memiliki pikirannya sendiri. Berikan rumah bagi raganya, tapi tidak dengan jiwanya. Sebab, jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan yang tak bisa engkau kunjungi, meskipun dalam mimpi-mimpimu...."

Memang anak adalah permata. Setiap orang tua pasti menginginkan memiliki anak yang saleh, cerdas, berakhlak dan berkepribadian yang luhur, sehingga bisa mengangkat derajat dan menjadi kebanggaan kedua orang tua. Sayangnya, banyak orang tua yang kurang memiliki pengetahuan dalam mendidik anak. Tak jarang, banyak juga orang tua yang mendidik anak dengan menerapkan pola asuh seperti orang tua zaman dahulu. 

Padahal zaman terus berubah. Setiap zaman memiliki masanya sendiri. Dan anak-anak, seperti kata Sayyidina Ali, hidup dengan zamannya sendiri, yang jauh berbeda dengan zaman orang tuanya dulu. Tentunya, mendidik anak di zaman milenial ini pasti lebih sulit dan kompleks karena tantangan yang dihadapi juga semakin besar.

Saat ini, anak-anak hidup di sebuah zaman dengan kecanggihan teknologi yang memudahkan akses informasi kapan pun dan dimana pun. Disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan. Menurut sejumlah pakar psikolog, untuk membentengi anak dari pengaruh negatif teknologi, yang dibutuhkan adalah kehadiran orangtua untuk mendampingi proses tumbuh-kembang anak, serta memonitor apa yang mereka lakukan.

Lantas, apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak di era digital?

Membangun Komunikasi Dua Arah

Faktor terpenting dalam mendidik anak di era digital adalah membangun komunikasi dua arah antara anak dan orang tua. Komunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting agar keinginan anak betul-betul dipahami oleh orang tua. Orangtua tidak hanya sekedar melarang atau memberikan perintah begitu saja kepada anak, tetapi juga bisa menjadi pendengar yang baik, dan memberikan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi anak.

Jika komunikasi telah terbangun, maka hubungan anak dan orang tua akan menjadi enjoy. Anak tidak akan menumpahkan permasalahannya kepada dunia luar, dan lebih mempercayakan kepada orang tua. Dalam proses ini, orang tua bisa mengkomunikasikan secara terbuka perihal apa saja yang belum pantas dilakukan atau dilihat oleh seorang anak. Ketika melarang sesuatu misalnya, orang tua harus menjelaskan mengapa orangtua melarang, dan akibat apa saja yang bisa ditimbulkan, sehingga anak tidak justru melakukan apa yang dilarang orang tua akibat rasa penasarannya.

Komunikasi terbuka antara orangtua dan anak terbukti efektif dalam membentengi anak dari pengaruh negatif , baik yang ditimbulkan oleh gadget, internet, atau lainnya.

Mengembangkan Kreatifitas Anak

Gadget adalah produk kecanggihan teknologi. Sebagai alat, ia memang layak diperalat. Meski ada akibat negatif, namun manfaat positif yang diberikan juga besar, tergantung pada kemampuan orang tua dalam mengontrol dan memberikan bimbingan terhadap anak.

Melalui gadget dan internet, anak bisa banyak belajar. Bahkan dalam menggunakan gadget,  kemampuan anak akan muncul dengan sendirinya, meski tanpa diajari sekalipun. Ini memang soal naluri, soal kecerdasaan ilahiyah. Maka, keberadaan gadget hendaknya dipergunakan untuk merangsang proses belajar anak agar menjadi lebih variatif dan menyenangkan.

Seyogyanya kecanggihan teknologi dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mengembangkan bakat anak. Ada banyak aplikasi pembelajaran berbasis android yang bisa dimanfaatkan. Begitu juga, ada beragam video-video tutorial terkait pengembangan bakat maupun kemampuan yang bisa dikonsumsi oleh anak.

Pada anak usia sekolah, orang tua dan anak bisa saling berkreasi membuat dan mengedit video  dengan memanfaatkan aplikasi pengedit video di playstore. Kemudian karya anak tersebut diunggah ke sosial media. Tentu hal tersebut akan memantik rasa percaya diri.  Dengan begitu, teknologi menjadi alat untuk mengembangkan kreativitas dan bakat anak, bukan malah sebaliknya.

Batasi Penggunaan Gadget

Tak hanya narkoba, keberadaan gadget juga bisa membuat kecanduan penggunanya jika dipergunakan berlebihan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, jangan biarkan anak-anak menggunakan gadget dalam durasi lama, bahkan mungkin tak terkontrol. Di samping berbahaya bagi pikirannya, radiasi yang ditimbulkan tentu berakibat fatal jika tak diatur penggunaannya.

Anak bukan dilarang menggunakan gadget, tapi dibatasi penggunaannya. Buatlah kesepakatan dengan anak kapan ia boleh menggunakan gadget dan berapa lama waktu pemakaiannya. Pada waktu-waktu tertentu, anak harus tetap bersosialisi dengan lingkungannya.

Selain itu, harus dibuat kesepakatan tentang jenis konten apa saja yang boleh dan tidak boleh dilihat oleh anak-anak. Atur pola pengaturan pada gadget agar anak tidak dapat melihat konten orang dewasa.

Jangan Lupakan Pendidikan Agama

Tidak ada yang lebih penting bagi orang tua selain memberikan pendidikan agama sejak dini terhadap anak. Tak hanya pendidikan agama secara legal formal, tapi inti dan esensi dari pendidikan agama itu yang terutama. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Itulah sebabnya, nilai-nilai agama harus diperkenalkan kepada anak sejak kecil sebagai bekal baginya untuk membentengi diri dari pengaruh buruk lingkungan di sekitarnya.

Mendidik anak di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu. Meski sulit, namun hasilnya akan terus membekas dalam diri anak bahkan kelak hingga ia dewasa.

Apalagi mendidik anak di era digital seperti sekarang ini, tentu bukan perkara mudah. Jika orangtua menerapkan disiplin yang terlalu ketat dan kaku, dikhawatirkan anak akan menjadi pembangkang dan tidak mandiri. Disisi lain, jika orang tua terlalu memberikan kebebasan terhadap anak, resikonya anak akan terbawa pengaruh negatif dan lingkungan pergaulan yang salah.

Oleh sebab itu, peran orangtua sangat penting dan dibutuhkan untuk selalu mendampingi anak. Terapkan aturan dan disiplin tanpa membuat anak merasa tertekan. Orangtua hendaknya mampu memosisikan dirinya sebagai ‘sahabat’ yang selalu dapat diandalkan dan dipercaya oleh anak-anak untuk menumpahkan masalah-masalahnya.

Ini memang bukan perkara mudah. Namun kelak ketika anak tumbuh menjadi pribadi yang positif berkat kepengasuhan kita, itu adalah kenikmatan dan kebanggaan yang tak akan ada habisnya. Semoga.(*)

Post a Comment

Previous Post Next Post