Anggota Komunitas Ngopi

KOMUNITASNGOPI.com - Sejauh-jauh kamu pergi, Komunitas Ngopi tempatmu kembali, kalimat itu yang sering diungkapkan oleh sebagian anggota Kompi, terutama para anggota generasi awal.

Memang, ihwal adanya Kompi bermula dari adanya dunia pendataan yang dulu bernama Aplikasi Pendataan dengan Dapodiknya. Rata-rata, para pejuang data periode awal akan mengetahui betapa sesaknya Dapodik waktu itu dengan segala suka dan dukanya.

Mengawali perjumpaan dengan teman-teman yang tak pernah kenal sama sekali pada tujuh tahun silam, tepatnya kisaran 2013. Canggung tegur sapa hanya terlontar lewat akun media sosial facebook menggiring teman sejawat untuk berbagi dan hadir.

Kala itu, tempat sekedar dan ala kadarnya menjadi kisah tersendiri, dan warung kopi menjadi pilihan untuk saling bercengkrama mengenal satu sama lain.

Masih teringat saat itu, tanpa rasa canggung dan baru pertama kali bertemu, namun terasa seperti teman semasa SMA. Bertukar permasalahan dan penyelesaian tentang pendataan menjadi awal lahirnya Grup Komunitas Beranda Operator Sekolah, sebagai tempat maya untuk saling berbagi dalam secangkir kopi group facebook.

Beranda Operator Sekolah adalah tonggak awal, saksi bisu betapa perjuangan pendataan masa lalu demikian mengharu biru. Lalu, para anggota datang dan pergi, dengan kepentingannya masing-masing. Apalagi dunia pendataan semakin abu-abu. Operator Sekolah tersungkur dalam ruang bisu.

Hingga akhirnya terbentuklah Komunitas Ngopi melalui WhatsApp sebagai media mutakhir berkumpul berbagi informasi, canda gelak tawa tak henti mengiringi untuk saling memotivasi, untuk kembali mengakrabi tugas utama mengantarkan anak negeri. Pendataan akhirnya hanya tugas tambahan yang sesekali saja dikaribi.

Di Komunitas Ngopi, semua berusaha untuk saling mengisi. Ada Pak De dengan pejalan sunyi-nya yang kini betul-betul sunyi. Ada Bang Jun yang diamnya menghanyutkan namun militansi ngopinya tak diragukan. Ada Kang Edi yang begitu polos, tapi sudah pernah merasakan ketinggian naik pesawat terbang. Ada Om James yang jika ia tak ada jadi tak rame. Ada Bulek Martin, satu-satunya perawan di sarang penyamun. Serta masih banyak yang tak mungkin disebut satu persatu.

Sungguh bersyukur, tujuan untuk saling bersilaturahim tetap terpelihara hingga saat ini di tahun 2019. Meski jarak sekolah dan tempat tinggal yang sangat jauh dari anggota komunitas ngopi satu dengan yang lain, tapi itu bukan masalah utama.

Kangen. Rasa itu selalu ada untuk sekedar saling bertemu dengan hangatnya aroma kopi. Dari sebuah warung dengan seruputan pertama diiringi dengan senyum sapa pada pesanan kopi kedua. Asap kretek yang membubung menjadi tanda betapa senangnya kami bercengkrama bersama.

Saat ini, Kompi bukan hanya sekedar canda tawa, tapi sebuah ikatan satu dengan yang lain untuk mengajak, berbagi, memotivasi, dan mendukung satu sama lain. Kisah ini yang mungkin takkan lekang dari ingatan masing-masing, meski pada akhirnya banyak teman baru dengan segala keunikan yang menjadi pelengkap segala kekurangan dan kelebihan satu dengan lainnya. (*)

Ditulis oleh Kang Dian, Anggota Kompi dengan Geo-nya yang selalu mengepul.

Post a Comment

أحدث أقدم